Selasa, 30 Juni 2009

pendidikan

INFO TERBARU
KELAS MALAM
Mulai tahun akademik 2009/2010 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Katolik Indonesia ... more


Nutrifood Achievement Award
Jevelin Nathamia Wendiady, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris, angkatan 2003 menerima penghargaan Nutrifood Achievement Award sebagai "The Most ... more


Quick Link Program Pendidikan
email Forum E-Learning
Perpustakaan
Sistem Infomasi Akademik
UMB PTS

International Collaboration
STUT
Acicis
PMB
top
JULI 2009
M S S R K J S
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31
bottom

pendidikan

Walaupun Indonesia telah pulih dari krisis ekonomi di akhir tahun 1990-an, negara ini masih tertinggal dari negara-negara tetangga sehubungan dengan akses terhadap layanan pendidikan yang bermutu. Fokus upaya tersebut saat ini adalah pada kualitas lembaga dan belanja publik. Tantangan utamanya mencakup:

  • Pendaftaran sekolah menengah. Indonesia memiliki pendaftaran sekolah dasar yang cukup universal, tetapi di tingkat menengah pertama, peningkatan berjalan lambat. Hanya 55 persen anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah terdaftar di sekolah menengah pertama.

  • Prestasi pembelajaran siswa. Indonesia terus mendapat prestasi yang rendah dalam uji berstandar internasional atas prestasi siswa, bahkan setelah memperhitungkan kondisi sosial ekonomi. Di tahun 2003, Indonesia mendapat posisi ke-33 dari 45 negara dalam Third International Mathematics Science Study (TIMSS). Di tahun 2006, Program for International Student Assessment (PISA), yang menilai seberapa baik kesiapan siswa berumur 15 tahun dalam menghadapi kehidupan, Indonesia mendapat peringkat 50 dari 57 negara dalam bidang ilmu pengetahuan, membaca dan matematika.

  • Alokasi belanja. Walaupun belakangan ini terjadi peningkatan dalam belanja pendidikan secara keseluruhan, investasi Indonesia untuk pendidikan menengah, terutama menengah pertama, masih kurang. Pada saat yang sama, anggaran operasional telah ditekan karena peningkatan substansial dalam pengeluaran untuk gaji.
width="3" Kembali ke atas


PROGRAM BANK DUNIA




Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU)
Proyek BERMUTU berupaya meningkatkan kualitas dan kinerja pengajaran. BERMUTU, yang merupakan singkatan dari ‘Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading’, merujuk pada “kualitas” dalam Bahasa Indonesia. Proyek ini mempersiapkan kerangka kerja untuk memastikan bahwa setiap guru akan mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam mata pelajaran yang mereka ajarkan, dan pada saat yang sama meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Proyek ini juga merupakan upaya meningkatkan sistem akreditasi bagi program pendidikan guru.

Proyek ini akan bekerja dalam beberapa cara, yaitu melalui pendidikan guru berbasis perguruan tinggi, melalui program pengembangan guru tingkat lokal, dan melalui penemuan cara untuk meningkatkan sistem insentif dan pertanggungjawaban guru. BERMUTU akan dijalankan secara langsung di perguruan-perguruan tinggi terpilih yang memiliki program pelatihan guru, dengan menyediakan hibah berbasis kompetitif untuk mendorong mereka dalam meningkatkan status akreditasi dan meningkatkan program penjangkauan mereka untuk guru latihan di wilayah pedesaan dan terpencil, terutama melalui metode berbasis Teknologi Informasi. Proyek ini akan bekerja bersama kelompok guru, kepala sekolah dan pengawas di 16 provinsi dan 75 kabupaten/kota, dengan menyediakan peluang bagi para guru di wilayah pedesaan dan terpencil untuk meningkatkan keterampilan mereka melalui pembelajaran jarak jauh.

pendidikan

Beberapa bentuk pendidikan jarak jauh antara lain adalah:
  • Program pendidikan mandiri
  • Program tatap muka yang diadakan di beberapa tempat pada waktu yang telah ditentukan, informasi pendidikan tetap disampaikan, dengan/tanpa interaksi dari murid.
  • Program yang tidak terikat pada jadwal pertemuan, di satu atau banyak tempat.

"Pendidikan jarak jauh didasarkan pada dasar pemikiran bahwa murid adalah pusat proses pembelajaran, bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di tempat mereka sendiri. Hal ini adalah merupakan kepemilikan dan otonomi."*

Berita baik : Studi-studi telah menunjukkan murid-murid pada tingkatan rendah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam program pendidikan jarak jauh jika mereka menyelesaikannya; dan murid-murid pada tingkat rata-rata atau lebih baik menunjukkan hasil yang sama.

Berita buruk : Murid-murid cenderung melebih-lebihkan dan lebih banyak yang gagal pada tingkatan yang lebih tinggi daripada dalam program pembelajaran tradisional, terutama murid-murid pada tingkatan rendah.

Kondisi-kondisi untuk program pendidikan jarak jauh:

Kelas informasi:

  • Alamat website kelas
  • Nama dosen, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail.
  • Nama asisten pengajar, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail.
  • Nama tutor, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail.
  • Nama asisten pendidikan / pustakawan, lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail.
  • Lokasi dan jam kerja pusat informasi, nomor telepon, manajer pusat informasi dengan alamat e-mail.

Logistik

  • Materi pendidikan yang anda harapkan.
  • Bagaimana anda akan menerima materi pendidikan tersebut.
  • Bagaimana anda diberitahu atau belajar, serta pengumuman dan pembatalan kelas.

Persyaratan teknis:

  • Peralatan komputer dan internet, program dan spesifikasinya.
  • Type dan versi program.
  • Kemudahan mengakses multimedia.

Jadwalkan diri anda sendiri dan bertahanlah pada jadwal yang telah ditetapkan, yang

pendidikan

Filsafat PendidikanMay 16th, 2008
Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
a. Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.

Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan esensialisme Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

Fenomena ”Hidup Lebih Maju”
Setiap orang, pasti menginginkan hidup bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan penjelasaan diatas, menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.

dunia kerja

Tuntutan Dunia Kerja

Oleh: Albert Kin Ose M
Mahasiswa dituntut memiliki tiga kompetensi yakni keilmuan, kepribadian dan kewirausahaan agar bersaing di dalam dunia kerja. Dengan begitu, diharapkan para lulusan perguruan tinggi tidak akan merasa gentar menghadapi persaingan hidup yang semakin mengglobal.
Pengamat pendidikan Universitas Sumatera Utara (USU), Zulnaidi di Medan, Rabu (12/11) menilai, ketiga kompetensi tersebut harus selaras dan terus menerus dibina sejak bangku kuliah. Sebab seorang alumni tidak akan berhasil di dunia kerja jika hanya mengandalkan keilmuan yang ada pada dirinya tanpa dibarengi kepribadian yang baik. Selain itu, para lulusan perguruan tinggi juga harus mampu membuka lapangan pekerjaan yang bermodalkan ilmu kewirausahaan yang diperolehnya ketika dibangku kuliah.
Berwirausaha menjadi salah satu alternatif menekan tingginya akan pengangguran intelektual yang dihasilkan perguruan tinggi. Sudah tidak zamannya lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan ke perusahaan-perusahaan tapi harus mampu membuka lapangan pekerjaan. Itu hanya dapat dilakukan bila memiliki ilmu kewirausahaan hingga menjadi entrepreneur sejati.
Zulnaidi menilai, dewasa ini hampir semua perguruan tinggi belum bisa matching dengan dunia usaha. Padahal, dengan jalinan kerja sama, bisa menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya perusahaan akan mudah mencari tenaga kerja yang dibutuhkan tanpa melalui jasa penyedia tenaga kerja. Begitu juga sebaliknya, perguruan tinggi harus menyiapkan lulusan yang bermutu sesuai dengan bidang yang diinginkan perusahaan.
Kenikmatan Dunia
Di dalam kampus-kampus, kian menguat sebuah realitas hehidupan yang terjadi dalam beberapa kelompok termasuk masih banyaknya mahasiswa yang terjerumus dalam lembah ‘kenikmatan dunia’ dan tidak mau memikirkan nasib orang lain. ‘’Paling tidak mahasiswa terbagi dalam empat kelompok berdasar citra dan cita-cita mereka sesuai dengan landasan dan pemikiran yang mendasarinya,’’ kata Sekjen GEMA Pembebasan Pusat, Erwin Permana pada seminar Kebangkitan Pemuda di USU Medan, Sabtu (8/11).
Kelompok pertama; rinci Permana, mahasiswa yang tidak puas dengan kondisi sekarang lalu melakukan berbagai perubahan. Mereka melihat. sistem kehidupan yang berlaku sekarang hanya melahirkan penderitaan dan kesengsaraan nan berkepanjangan. Arah perubahan yang mereka inginkan seperti diberitakan Antara, ada yang tidak terlepas dari format ideologi kapitalis dan ada yang terpengaruh ideologi sosialis.
Kelompok kedua; mereka yang tidak peduli terhadap kondisi kehidupan masyarakat yakni mereka yang tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan yang dialami rakyat di sekelilingnya. Bagi mereka yang penting selamat, ngapain susah-susah mikirin nasib orang lain. Mereka beranggapan memikirkan diri sendiri saja sudah susah.
Kelompok ketiga; mereka yang terbius dengan ‘kenikmatan dunia’ sehingga terjerat dan terjerumus dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini. Sebagai contoh, banyak mahasiswa yang terjerumus dalam pemakaian obat-obatan terlarang, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjerat dalam kasus seks bebas dan sindikat pengedar narkoba berskala internasional.
Lalu kelompok pemuda-mahasiswa; yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan serta kebobrokan sistem akibat tidak berlakunya aturan agama dalam realitas kehidupan.
Catatan/KPO/Edisi 163/November 2008

dunia kerja

rowse > Home /

Melatih Diri Selalu Selangkah Lebih Maju

May 12, 2009 by admin
Filed under Artikel

lebih-majuTerlepas anda menginginkan mengganti tempat kerja, entah berganti profesi atau membangun usaha sendiri, maka mungkin anda akan membutuhkan kemampuan baru serta kapabilitas baru demi memenuhi ambisi tersebut.

Dunia tempat kita bekerja selalu menawarkan tantangan tiap saat, peluang dan hambatan baru senantiasa hadir. Untuknya berinvestasi pada kemampuan pribadi agar mampu bertahan dan sukses di lingkungan semacam ini sangat penting.

Dilangkahi promosi orang lain, dengan alasan sertifikat, kurangnya jenjang pendidikan, atau sedikitnya kursus. Bukan, berdasarkan alasan pengalaman kerja, sangat menyedihkan bagi banyak orang.

Sehingga mungkin kita akan kehilagan rasa percaya diri, dan pasrah dengan keadaan.

Berhentilah memandangi diri di depan cermin tanpa berbuat apapun, siapkan diri anda selangkah lebih maju, persiapkan diri menjaga kualitas.

Misalnya, buka situs yang memberikan tata cara keluar dari permasalahan yang anda hadapi, sehingga mempermudah anda melewati fase tersebut. Selain itu, ada juga dapat mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan bersertifikat, tak masalah jika tidak sesuai dengan bidang kerja, selama sesuai dengan visi masa depan anda. Ingatlah selalu, bahwa tempat kerja tak selalu tujuan akhir karir anda. Sementara sertifikat diperlukan sebagai pelengkap administrasi.

Bagaimana Mengembangkan Karir di Perusahaan Multi Usaha?

January 30, 2009 by admin
Filed under Artikel

Jika anda bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki banyak produk atau jasa, tentu akan banyak pertanyaan yang timbul baik dari pengembangan usahanya dan juga bagaimana mengembangkan potensi atau karir anda di perusahaan tersebut. Coba simak beberapa tips berikut:

1. Tentukan dulu filosofi perusahaan, misalnya:
a. Apakah dasar atau kriteria bagi karyawan untuk naik jabatan (pergerakan vertikal) maupun pindah bagian (pergerakan horisontal) di dalam perusahaan? Kriteria ini bisa beragam, misalnya prestasi kerja, seberapa jauh karyawan memenuhi kebutuhan kompetensi dan kualifikasi (sertifikasi, tingkat pendidikan, pengalaman kerja) dari posisi tujuan, tersedianya posisi, kesamaan jenis usaha dll.

pendidikan

Welcome to JPI

.

[JPI] [Editor] [Berlangganan] [Naskah] [Perujukan] [Komentar]

.

JPI

Jurnal Pendidikan Inovatif (JPI : ISSN 1858-327X) terbit setiap bulan Maret dan September berisikan tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian kritis di bidang pendidikan. JPI diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2005 di Balikpapan dan telah menerbitkan 7 jilid dengan masing-masing jilid memuat 9-10 artikel pendidikan. Jurnal yang diprakarsai oleh Yayasan Sekolah Nasional Kontraktor Production Sharing (YSN-KPS) Balikpapan ini telah berhasil menggugah kesadaran para praktisi pendidikan (contoh: guru) untuk mensharing hasil pemikiran mereka untuk dipahami dan diimplementasikan oleh para pembaca jurnal. Tidak jarang pula, guru negeri (PNS) menjadikan JPI sebagai wadah sukses dalam meningkatkan angka kredit untuk mengurus kenaikan pangkat/golongan.

Penyunting menerima kiriman naskah artikel untuk dipublikasikan pada jurnal berikutnya. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Naskah artikel dapat dikirimkan melalui email ke: itasaripati@yahoo.com atau achmad.nizar@gmail.com.

[Kembali ke atas]

EDITOR

Penyunting: Ita Saripati (Ketua) dan Achmad Nizar (Wakil Ketua)

Penyunting Pelaksana: Dwi Lasati, Hetty Kusumaning Adji, Purwanto, Hanim Farida, Rawuh Rudiatmoko, dan Hesty Fitriyani

Penyunting Ahli (Mitra Bestari): A. Rofiuddin (Uiversitas Negeri Malang (UM), Adnan Latief (UM), Ibrahim Bafadal (UM), Suhadi Ibnu (UM), Mimien Henie Irawati (UM), Johan Andoyo Effendi Noor (Universitas Brawijaya Malang), Budi Handoyo (UM), Hernawati (BKD Balikpapan), Ishom Ihsan (UM), dan Nenny Septiana (PPSB YSN-KPS Balikpapan)

Pelaksana Tata Usaha: Suradi dan Muhammad Fachri

Pembantu Pelaksana Tata Usaha: Hadriansyah, Yan Pieter Sura, dan Redehan

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: SMP Nasional KPS Balikpapan Jl. Sport No 1 Balikpapan Telp 0542-421611

[Kembali ke atas]

BERLANGGANAN

Untuk berlangganan JPI, isilah formulir berlangganan dengan benar dan jelas. Pembayaran bisa dilakukan melalui transfer Bank Mandiri atau melalui Wesel Pos.Untuk keterangan selengkapnya, download file berikut: formulir berlangganan (doc)..

[Kembali ke atas]

NASKAH

Syarat pengiriman naskah artikel sebagai berikut:

[1] Artikel yang ditulis untuk JPI meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang kependidikan. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang maksimum 20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print out sebanyak 3 eksemplar beserta disket atau CD-nya. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: itasaripati@yahoo.com atau achmad.nizar@gmail.com.

[2] Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika penulis terdiri dari 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama; nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untuk memudahkan komunikasi.

[3] Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 pts. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak menggunakan angka atau nomor pada judul bagian:

pendidikan

Pendidikan di Indonesia

Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.

Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)

Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.

dunia kerja

Menembus dan Sukses di Dunia Kerja



Selasa (10/08).Pusat Peluang Carya UI menyelenggarakan seminar, presentasi dan rekrutmen dengan tema “Menembus dan Sukses di Dunia Kerja” yang berlangsung 10 -12 Agustus di Balai Sidang Kampus Depok. Pada hari pertama (10/08) dibicarakan beberapa topik, pembicara pertama Drs. Nusyirwan Ail, Direktur SDM UI yang membahas topik “Mengenal Dunia Kerja”. Topik berikutnya “Sukses Menghadapi Problematika dalam Melamar Pekerjaan” disampaikan Fuad Gani, MA dosen S2 UI. Dillnjutkan dengan “Persiapan Menghadapi Wawancara dan Psikotes” disampaikan Drs. Hilmi Wahdi, Psi. Sesi terakhir topik “Suskses Menghadapi Problematika Pasca Mendapat Pekerjaan,” dipaparkan oleh tim HRD Bank Danamon.

Pada hari kedua (11/08) dilakukan presentasi PT Bank Danamon, Tbk dilanjutkan dengan rekrutmen dan tes menjadi pegawai Bank Danamon, Tbk. Sedangkan pada hari ketiga (12/08) presentasi dilakukan PT Bank Negara Indonesia, Tbk dilajutkan dengan rekrutmen dan tes menjadi pegawai Bank BNI. (admin/11 Agustus 2004)

dunia kerja

Articles

”Langkah Kanan” Memasuki Dunia Kerja
By: Eileen Rachman & Sylvina Savitri
Date: 30-Sep-2007 Viewed: 569

Dalam beberapa bulan terakhir, saya menyaksikan presentasi beberapa “Management Trainees” di beberapa perusahaan. Saya melihat ada trainees yang begitu cepat “masuk” dalam dunia kerja, langsung “berkeringat” dan tahu caranya menghadapi “dirty work”. Namun, ada juga yang ‘berat langkah’-nya, terlalu kaku membawa pengetahuan teoritis dari bangku kuliah. Ada pula yang mulai menganalisis tetapi belum benar-benar “berenang” di dunia kerja.


Banyak sekali perusahaan yang sadar perlunya berinvestasi besar untuk mendapatkan tenaga-tenaga yang mumpuni dari luar perusahaan. Namun, banyak perusahaan tidak mempersiapkan ‘landasan’ lewat “induction program” yang mantap, sehingga banyak karyawan baru merasa “dibiarkan”. ”Saya jenuh dan bingung karena sepanjang hari dalam seminggu cuma disuruh membaca katalog”. Atau komentar karyawan baru lainnya, ”Memang ada orientasi berupa pengarahan dari pucuk pimpinan perusahaan yang membuat kami bersemangat dan terinspirasi. Tetapi, ketika menghadapi pekerjaan, banyak sekali hal yang tidak saya ketahui. Walaupun bersikap ramah, semua orang sibuk, dan saya merasa takut mengganggu bila saya bertanya”.



Sebuah hasil penelitian terhadap fresh graduate beberapa perusahaan mulitnasional mengatakan bahwa hanya sekitar 20% dari para fresh graduate yang “dicemplungkan” tanpa bimbingan dapat bekerja dan berkinerja sesuai harapan perusahaan. Sejumlah 30% lainnya butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi, sedang 50% sisanya akan jadi karyawan yang tidak berkinerja optimal, setidaknya satu tahun atau bahkan selamanya. Bayangkan kerugian yang diderita perusahaan bila ternyata para karyawan baru ini kemudian mencari peluang lain, hanya karena menemui jalan buntu dalam beradaptasi di pekerjaan. Segagal-gagalnya program orientasi, masih lebih baik program orientasi diadakan, daripada tidak sama sekali.



‘Ilmu’ yang Tidak Didapat di Bangku Kuliah


Saya teringat saat-saat pertama kali memasuki dunia kerja, bahkan langsung bekerja sebagai manajer di sebuah bank. Sistem dan prosedur, proses bisnis, etik, ‘unggah-ungguh’, efisiensi, cara berkomunikasi, sampai praktik-praktik yang tampak sederhana seperti “filing” , penomoran surat, standar kinerja, ternyata adalah hal “kantoran” yang benar-benar baru bagi saya. Rahasia budaya kerja seperti “jangan anda yang berjalan, biarkan dokumennya berjalan sendiri (dibawa office –boy)” atau pengamalan “clean desk policy” sulit dibayangkan dari bangku kuliah. Untung saja sekretaris, bawahan, teman kerja, atasan kebetulan rela mau memberi pengarahan.


Kalau memang demikian penting, mengapa banyak perusahaan menyepelekan “induction program” ini? Selain biaya dan enerji, ada juga perusahaan yang beranggapan bahwa beradaptasi adalah kompetensi setiap manusia normal, ”Ah, tidak ada yang membimbing saya ketika pertama masuk kerja, buktinya ‘survive-survive’ juga...” Atau, ”Kalau kita mesti memberi pendidikan juga, apa dong yang mereka pelajari di perguruan tinggi?” Padahal, inilah yang melatarbelakangi perlunya dilaksanakannya “induction program”. Perguruan tinggi mana yang mengajari bagaimana layaknya menyampaikan “copy” memo intern? Atau kapan kita perlu menyampaikan “blindcopy” saat mengemail dan kapan “copy”. Bagaimana seorang karyawan segera tahu trik-trik memuaskan rasa lapar diluar jam makan, sementara ia dilarang membawa makanan di meja kerjanya? Apa yang boleh saya fotokopi dan apa yang tidak boleh? Ternyata pengajaran yang seolah sederhana mengenai "How to" dan "Where to go" dalam menghadapi tugas bisa efektif untuk masa kerja selanjutnya dan membuat karyawan bisa lebih segera meng-‘enjoy’ pekerjaan dan lingkungan kerja barunya.



Kancah Menemukan ‘Selera’ Bekerja


Agar cepat dapat menjadi bagian dari perusahaan, mewakili bahkan mengambil keputusan demi kepentingan perusahaan, individu perlu tahu persis mengenai organisasi, sejarah, aspirasi, pelanggan, kebiasaan, dan apa yang diharapkan perusahaan dari dirinya. Karyawan baru perlu tahu betul apa yang dinamakan sukses atau gagal oleh perusahaan, do’s dan don’t’s, dan kapan bisa berkata “ya” atau “tidak”, beserta alasan yang tepat sesuai kebijakan perusahan. Tuntutan perusahaan, terutama di organisasi komersial yang selalu mengacu pada laba perusahaan melalui budaya tertentu, juga perlu dijadikan “mindset” yang mendasari perilaku para fresh graduate. Nilai-nilai sederhana seperti “Di sini berlaku quick response, tidak ada orang berjalan di tangga...semua orang lari” “Pelanggan harus keluar dari kantor kita dengan tersenyum”, akan berpengaruh pada etos kerja individu dan akan dibawa pada perilaku bekerjanya di masa mendatang.

Hal seperti kegiatan administratif dan operasional sangat mudah dinilai dan dipahami, tetapi tidak mudah dilakukan dengan cermat, tepat dan konsisten. Seorang fresh graduate, perlu mencapai taraf “penghayatan” kerja untuk bisa dilepas bekerja sendiri. Individu juga perlu diperkenalkan dengan beban kerja, baik yang normal maupun yang berat. Teman saya, seorang direktur pengembangan SDM di sebuah perusahaan, selalu mengingatkan para “management trainee”-nya, ”Anda akan saya bebani pekerjaan yang paling berat dan kotor. Bila Anda melewati masa ini, maka pekerjaan akan terasa mudah karena Anda sudah menemukan ”selera” bekerja untuk seterusnya”.




Peran Aktif Dua Belah Pihak

Dalam dunia kerja yang kompetitif ini, individu yang akan memasuki dunia kerja, tetap perlu sadar bahwa ia harus mengerjakan pe-ernya dengan cepat dan tangguh. Tidak sekedar menunggu untuk dibimbing atau diarahkan. Ia perlu cepat menyerap dasar-dasar manajemen kerja yang ditunjang oleh manajemen dirinya sendiri, komunikasi formal & informal, etik dan cara bekerja tim. Individu perlu mengembangkan kebiasaan mengatur hidupnya dengan agenda, melakukan tindak lanjut tanpa ditagih, melapor tanpa merasakan keharusan, berpartisipasi aktif dalam rapat-rapat, dan banyak ketrampilan kantoran lain. Selain itu masih ada ketrampilan dasar lain seperti mengembangkan rasa percaya, membina hubungan pertemanan, dan penajaman “common sense” serta sistematika berpikirnya. Proses integrasi antara individu dan perusahaan ini perlu dimotori oleh kedua belah pihak secara aktif, sebagaimana halnya dua orang yang menjalin ikatan perkawinan.



(Ditayangkan di KOMPAS, 22 September 2007)

© 2009 EXPERD Consultant. AllRight

dunia kerja

Written by priandoyo

Juni 17, 2009 at 12:26 pm

Ditulis dalam My Life

Apa yang harus diperhatikan saat berhenti kerja

with 11 comments

“Iya njar, aku udah 3x kali resign (sukarela), rata-rata 3-4 tahun, dan setiap kali resign aku selalu dapet uang ‘balas jasa’ 2-3 kali gaji dari perusahaan itu”
“Dipecat sebenarnya lebih menarik dari pada resign sukarela lho, dipecat artinya kita dapet tunjangan 2 PMTK (Peraturan Menteri Tenaga Kerja) 2 kali masa kerja”
“Pensiun dini itu menguntungkan, kalau usianya masih produktif, misal teman mengambil opsi pensiun dini pada usia 35 tahun artinya masih dapet 2 PMTK, beda kalau resign sukarela dapet offer dari company lain”
“Dulu saya pindah ke Oil Company ini dapet joining bonusnya gede banget, gila, saya yakin ini Oil Company serius, tapi setelah saya pikir lagi kok kayaknya saya dibodohi ya. Kalau saya dipecat dari perusahaan lama, dapetnya segitu juga kan”

Ada banyak hal yang harus diperhatikan saat berhenti kerja (sukarela/terpaksa), yang standar-standar antara lain Surat Referensi, Jamsostek atau dokumen pendukung lain. Tapi seringkali ada komponen-komponen yang seharusnya menjadi hak kita yang seringkali terlupakan. Tentunya hal ini berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lain.

“Alhamdulilah, semua pinjaman dari perusahaan diputihkan… hore” Komentar seorang teman yang resign dari perusahaan ternama berseri-seri. Pinjaman sekian puluh jutanya untuk rumah dan sekolah diputihkan oleh perusahaan.

Jadi, keputusan untuk resign bukan soalan dapet offer yang lebih baik ataupun sudah ‘capek’ dengan pekerjaan saat ini.
Ada pengalaman lain?

Written by priandoyo

Juni 13, 2009 at 6:57 am

Ditulis dalam Dunia Kerja

Karena umur memang tidak bisa dibohongi

with 7 comments

Jono seorang teman baik saya mengawali karir sebagai junior IT system administrator disebuah perusahaan telekomunikasi besar.
“Jar, semua teknis dan teori mengelola server ini sudah saya kuasai dengan baik, tapi rasanya bos IT ga pernah memberikan saya kepercayaan lebih untuk pegang server production utama”

Atau Rini juga seorang teman baik saya yang bekerja di bank nasional raksasa pernah berujar
“Iya, satu tahun pertama ini hanya dikasih job pegang CS, katanya baru tahun depan pegang teller, padahal apa sih bedanya, kerjaan teller saya paham kok”

Mencoba menyelami dunia kerja, saya mengambil kesimpulan bahwa bekerja bukan saja seputar teknis dan skill tapi juga menyangkut kematangan. Kematangan untuk mengambil keputusan yang tepat (mungkin) tidak bisa dibangun dalam waktu 3-4 bulan saja. Untuk mendapatkan sebuah ’sense’ atas pekerjaan yang terlihat ‘trained monkey’ bisa jadi perlu waktu beberapa tahun.

Untuk first line manager misalnya, memburu sebuah posisi strategis seringkali bukan hanya ditentukan dari faktor kapasitas otak orang itu saja.
“Memang anak muda biasanya ceroboh dan menggampangkan suatu hal” ujar seorang sahabat baik
Selain faktor nasib (yang cukup signifikan) faktor kematangan ini memang mau tidak mau menjadi faktor yang signifikan.

Ada yang punya pengalaman dengan hal ini? untuk seorang sahabat yang tengah berjuang dengan umur.
“…gimana caranya bisa terlihat 5 tahun lebih tua untuk bisa mendapatkan peranan ini…”

d

Written by priandoyo

Juni 17, 2009 at 12:26 pm

Ditulis dalam My Life

Apa yang harus diperhatikan saat berhenti kerja

with 11 comments

“Iya njar, aku udah 3x kali resign (sukarela), rata-rata 3-4 tahun, dan setiap kali resign aku selalu dapet uang ‘balas jasa’ 2-3 kali gaji dari perusahaan itu”
“Dipecat sebenarnya lebih menarik dari pada resign sukarela lho, dipecat artinya kita dapet tunjangan 2 PMTK (Peraturan Menteri Tenaga Kerja) 2 kali masa kerja”
“Pensiun dini itu menguntungkan, kalau usianya masih produktif, misal teman mengambil opsi pensiun dini pada usia 35 tahun artinya masih dapet 2 PMTK, beda kalau resign sukarela dapet offer dari company lain”
“Dulu saya pindah ke Oil Company ini dapet joining bonusnya gede banget, gila, saya yakin ini Oil Company serius, tapi setelah saya pikir lagi kok kayaknya saya dibodohi ya. Kalau saya dipecat dari perusahaan lama, dapetnya segitu juga kan”

Ada banyak hal yang harus diperhatikan saat berhenti kerja (sukarela/terpaksa), yang standar-standar antara lain Surat Referensi, Jamsostek atau dokumen pendukung lain. Tapi seringkali ada komponen-komponen yang seharusnya menjadi hak kita yang seringkali terlupakan. Tentunya hal ini berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lain.

“Alhamdulilah, semua pinjaman dari perusahaan diputihkan… hore” Komentar seorang teman yang resign dari perusahaan ternama berseri-seri. Pinjaman sekian puluh jutanya untuk rumah dan sekolah diputihkan oleh perusahaan.

Jadi, keputusan untuk resign bukan soalan dapet offer yang lebih baik ataupun sudah ‘capek’ dengan pekerjaan saat ini.
Ada pengalaman lain?

Written by priandoyo

Juni 13, 2009 at 6:57 am

Ditulis dalam Dunia Kerja

Karena umur memang tidak bisa dibohongi

with 7 comments

Jono seorang teman baik saya mengawali karir sebagai junior IT system administrator disebuah perusahaan telekomunikasi besar.
“Jar, semua teknis dan teori mengelola server ini sudah saya kuasai dengan baik, tapi rasanya bos IT ga pernah memberikan saya kepercayaan lebih untuk pegang server production utama”

Atau Rini juga seorang teman baik saya yang bekerja di bank nasional raksasa pernah berujar
“Iya, satu tahun pertama ini hanya dikasih job pegang CS, katanya baru tahun depan pegang teller, padahal apa sih bedanya, kerjaan teller saya paham kok”

Mencoba menyelami dunia kerja, saya mengambil kesimpulan bahwa bekerja bukan saja seputar teknis dan skill tapi juga menyangkut kematangan. Kematangan untuk mengambil keputusan yang tepat (mungkin) tidak bisa dibangun dalam waktu 3-4 bulan saja. Untuk mendapatkan sebuah ’sense’ atas pekerjaan yang terlihat ‘trained monkey’ bisa jadi perlu waktu beberapa tahun.

Untuk first line manager misalnya, memburu sebuah posisi strategis seringkali bukan hanya ditentukan dari faktor kapasitas otak orang itu saja.
“Memang anak muda biasanya ceroboh dan menggampangkan suatu hal” ujar seorang sahabat baik
Selain faktor nasib (yang cukup signifikan) faktor kematangan ini memang mau tidak mau menjadi faktor yang signifikan.

Ada yang punya pengalaman dengan hal ini? untuk seorang sahabat yang tengah berjuang dengan umur.
“…gimana caranya bisa terlihat 5 tahun lebih tua untuk bisa mendapatkan peranan ini…”

dunia kerja

Edukasi dan Tantangan Dunia Kerja

Oleh Mu`arif

"Pilih gelar atau kerja?" begitu pesan iklan salah satu produk yang sering ditayangkan di televisi. Sepintas, iklan ini terkesan amat melecehkan sarjana atau kalangan civitas academica. Akan tetapi, bagi masyarakat umum, pesan iklan ini sungguh realistis dan tandas. Adalah sebuah fakta yang sulit dibantah jika saat ini sarjana atau lulusan akademik banyak yang menganggur. Apalagi setelah memasuki krisis ekonomi global, jumlah pengangguran terdidik dipastikan terus bertambah.

Apabila kita cermati secara saksama pesan dalam iklan tersebut, sesungguhnya terdapat suatu nada pesimistis bahwa pendidikan nasional telah gagal menciptakan tenaga kerja terampil. Dunia pendidikan kita dinilai tidak mampu menjamin masa depan seseorang. Inilah sesungguhnya problem serius yang dihadapi para sarjana atau insan akademik.

Sarjana adalah lulusan akademik yang menempuh jenjang studi secara spesifik. Sayangnya, spesifikasi jurusan justru menyempitkan wawasan pengetahuan dan cara pandang sarjana dalam menghadapi realitas kehidupan sehari-hari. Kita dapat melihat fakta-fakta ketika seorang sarjana malah kewalahan dihadapkan pada problem dan tantangan kehidupan di luar kemampuan akademiknya.

Selama ini, sistem pendidikan nasional masih belum berorientasi pada proses pembentukan karakter dan daya kreatif. Proses edukatif masih seperti "gaya bank" (banking concept of education)--meminjam istilah Paulo Freire. Dampaknya jelas sekali ketika lulusan perguruan tinggi tidak memiliki daya kreativitas yang dapat diandalkan. Pola pikir mereka juga tidak kreatif, hanya menunggu lowongan kerja atau menanti peluang menjadi pegawai negeri (PNS). Jika karakter dan daya kreatif para sarjana telah terbentuk, mereka tidak harus menunggu kesempatan kerja, tetapi justru malah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.

dunia kerja

Menjadi karyawan yang dibutuhkan dalam perusahaan tentu menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi para profesional, termasuk Anda. Namun untuk menjadi orang yang dibutuhkan, tidaklah semudah menyelesaikan pekerjaan Anda sehari-hari. Jadi karyawan yang dibutuhkan perusahaan, bank, PT, atau perusahaan telekomunikasi tidaklah mudah. Harus memiliki skill yang tinggi.

Kepandaian Anda dalam bekerja ternyata bukanlah satu-satunya jaminan bahwa Anda akan menjadi orang yang diperhitungkan dan berhasil dalam karir. Dibutuhkan strategi yang lebih dari sekedar pintar dan pandai menyelesaikan pekerjaan. Strategi tersebut adalah ‘menonjolkan’ kemampuan Anda. Coba Anda perhatikan, hanya orang-orang yang mampu menunjukkan dan menonjolkan kemampuannya lah yang bisa meraih sukses dalam karir dan memenangkan persaingan dalam mencari lowongan kerja atau lowongan pekerjaan di koran dan internet.

July 17, 2008

Ketakutan Orang buka usaha sendiri

Filed under: Dunia Kerja - Administrator @ 4:54 pm
Banyak orang-orang yang takut akan membuka usaha sendiri atau wiraswasta. Mereka jauh lebih senang bekerja dengan orang jadi karyawan Bank sudah bangga, jadi karyawan di kantoran udah bangga, apalagi yang udah jadi karyawan telkom udah kayak serasa jadi bos tuh. Kurangnya rasa percaya diri dan jiwa wiraswastawan yang tinggi membuat rakyat indonesia ini selalu ingin jadi karyawan dan hanya cari-cari lowongan kerja di koran, internet dan media lainnya. Memang jadi PNS tunjangan dapat, hari tua terjamin, tapi jika ingin dapat rumah real estate, punya villa di bali jangan mau kalo cuman jadi PNS. Kalo bisa jadi pemilik saham PT Bakrie telecom, pt excelcomindo pratama , dan lain-lain.

July 16, 2008

Penyebab Sulit Cari Kerja

Filed under: Dunia Kerja - Administrator @ 3:59 pm

Jika anda pengangguran yang anda perlu cari tahu adalah "penyebab sulitnya anda cari kerja" . Saya sendiri tidak kerja kok di instansi swasta, ataupun jadi pegawai pemerintahan :) tapi jangan salah saya punya pendapatan dengan menulis-menulis dan menulis :) . Upps tapi jangan seperti saya :P hidup anda pasti akan susah kalo pekerjaannya seperti saya. Oke kita kembali tips mencari pekerjaan dan kesulitan mencari kerja.

Kesalahan pertama adalah kurangnya pengetahuan kita tentang informasi lowongan kerja, dan bursa lowongan kerja yang beredar. Jika anda mengandalkan cuman bursa lowongan di koran yah sama saja boong :P . Padahal dinternet banyak sekali website lowongan kerja yang tersebar. Mungkin begitu saja artikel kali ini. Bisa dilanjut lain waktu :) .

Hello world!

Filed under: Uncategorized - Administrator @ 2:24 pm

Welcome to your new blog. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!

An email has been sent to you giving you details of how to log in to the administration section. From there you can change the design by clicking on the tab MANAGE and then click on the tab THEMES. If you have any questions, ask them in the forums — we are only too willing to help.


Minggu, 28 Juni 2009

dunia kerja

Bersaing di Dunia Kerja

Minggu, 14 Juni 2009 - 11:00 wib
text TEXT SIZE :
Share
Menyiapkan tenaga terampil dan siap kerja bukan hal mudah. Sekolah menengah kejuruan (SMK) berambisi menjawab tantangan tersebut. Namun untuk mencapainya, SMK harus menggandeng swasta untuk meningkatkan kualitasnya.

Ketersediaan antara lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja tidak seimbang. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan mencoba menjembatani keduanya. Dengan berbagai jurusan yang tersedia, diyakini SMK mampu memberi kontribusi dalam menyiapkan lulusan siap kerja.

Hal ini bukan angan belaka. Terbukti lulusan SMK lebih siap kerja. Data 2007 yang dikeluarkan Depdiknas memperlihatkan bahwa sekitar 42% lulusan SMK telah mendapatkan pekerjaan. Sebanyak 15% melanjutkan pendidikan sambil bekerja dan 12% yang melanjutkan pendidikan tanpa disambi kerja. Persentase yang bekerja ini tentu lebih besar jika dibandingkan dengan lulusan sekolah menengah umum (SMU).

Pada 2007 hanya sekitar 32% saja yang bekerja dan 17% yang bekerja sambil kuliah, sedangkan lulusan SMU melanjutkan pendidikan sekitar 31%. Hal ini memperlihatkan bahwa kompetensi SMK dalam memasuki dunia kerja lebih bagus jika dibandingkan dengan lulusan SMU.

Kenyataan tersebut tampaknya membuat SMK semakin menjadi favorit tujuan pendidikan setelah SMP. Animo siswa memilih SMK pun semakin besar. Berbeda dengan yang terjadi pada dekade sebelumnya, saat SMK sering mendapatkan penilaian negatif. Ada yang menganggapnya sebagai sekolah dengan biaya mahal atau lulusan SMK tidak memiliki peluang ke perguruan tinggi.

Kini masyarakat sudah menganggapnya berbeda. Terbukti rasio siswa yang memilih melanjutkan pendidikan ke SMK setelah menempuh pendidikan menengah pertama terus meningkat. Saat ini rasio siswa SMK dan SMU seluruh Indonesia hampir sama, yaitu 46:54.

Sebagaimana diakui oleh Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno. Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat untuk memasuki SMK meningkat secara signifikan. Dia menyampaikan pada tahun ajaran 2005?2006 rasio SMK-SMA hanya 30:70.

Fenomena tersebut muncul karena persepsi dan harapan masyarakat pada SMK cukup baik. "Kami selalu menyampaikan apa dan bagaimana SMK sebenarnya. Kami juga berharap, dengan lebih mengerti tentang SMK,masyarakat bisa menjadikan SMK sebagai lembaga favorit melanjutkan pendidikan," ujar Joko.

Pemerintah melalui Depdiknas juga memberikan perhatian lebih pada SMK. Iklan yang ditayangkan Depdiknas di berbagai media massa tentang SMK, c

dunia kerja

Job terbaru bulan Juni

Segara untuk Bulan Juni :
di Butuhkan Tanaga kerja wanita 50 orang untuk di negara Taiwan ( Pabrik Optik )
Gaji 6 juta perbulan Umur Max. 33 Pendidikan SMP
Tinggi 155 Cm proses lamaran akan di seleksi Bulan juli.
Biaya Proses Hanya 5 Juta
Info dan pendaftaran

Kerja di Korea untuk diKapal :
Gelombang ke 2 untuk 15 orang kerja di kapal penangkap ikan
korea dan di pengeringan ikan teri dengan gaji _+ Rp.11 Juta Perbulan.
Info dan pendaftaran

gravatar

Welcome

Website ini dibuat oleh " Agency/PJTKI resmi dan terpercaya", Kami telah bekerja dengan keras sejak 1999. Target kami adalah untuk menjadi perusahaan masyarakat. Kami berikrar untuk dapat berkembang bersama-sama dengan masyarakat.

Tujuan daripada website ini adalah memberikan informasi secara transparan di dalam Human Resources Business. Anda dapat menemukan berbagai informasi mengenai negara, jenis pekerjaan,
prosedur dan bahkan biaya. Kami akan secara konstan memperbaharui homepage kami untuk informasi yang lebih lanjut, mohon jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami baik melalui Forum, Email dan telepon. Kami berharap dapat membantu anda.

gravatar

Kerja di Singapura

Peryaratan Umum

1. JENIS KELAMIN : WANITA
2. RANGE UMUR : 23 � 30 TAHUN
3. TINGGI BADAN MINIMAL : 150 CM
4. BERAT BADAN MINIMAL : 50 KG
5. PENDIDIKAN MINIMAL : SMP
6. TIDAK BER TATO
7. TIDAK CACAT FISIK (ANGGOTA BADAN LENGKAP)
8. TIDAK MEMPUNYAI PENYAKIT AYAN ATAU PENYAKIT TURUNAN
9. TIDAK KEBERATAN BEKERJA DENGAN MAJIKAN CHINESE
10. BERSEDIA UNTUK MENYERAHKAN DOKUMEN ASLI DAN LENGKAP
11. BERSEDIA UNTUK MENGIKUTI PELATIHAN BAHASA DI BLK-LN
12. BERSEDIA UNTUK MELAMPIRKAN PASSPORT LAMA / ID CARD.

syarat lain

1. Fotocopy akte kelahiran
2. Fotocopy ijazah SLTA / Setingkat ( turut Membawa sertifikat asli )
3. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga
4. Surat Izin Orang tua /Wali/Istri/Suami ( mengetahui kepala desa)
5. Kartu Kuning
6. SKCK

Upah / gaji yang akan diterima
SIN$ 320 X Rp.6000 = Rp.1.920.000,-

Kontrak kerja
2 Tahun

Biaya Penempatan : Ditanggung CTKW