Minggu, 28 Juni 2009

pendidikan

"Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM adalah solusi utama untuk menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan."
(Ref: E-Pendidikan.Com)

Walapun keadaan di lapangan tidak sesuai dengan yang diharap (di atas) baru pada bulan ini (Agustus 2008) Pemerintah Indonesia sudah menjanji menyediakan anggaran untuk pendidikan tahun 2009 yang kalau digunakan secara efisien tanpa korupsi mempunyai kemampuan untuk mengatasi kebanyakan isu-isu di atas.

Salah satu isu yang dapat mengancam kesempatan untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat sekolah adalah prioritas DepDikNas terhadap e-learning dan peran Internet di tingkat sekolah. Kelihatannya banyak pihak di DepDikNas masih percaya bahwa Internet adalah solusi untuk masalah-masalah pendidikan di Indonesia.

Padahal, retorika mengenai hebatnya Internet sebagai solusi pendidikan sudah mulai muncul di negara-negara maju sejak awal 1990an dan di negara-negara maju di mana kebanyakan sekolah sudah memiliki infrastruktur untuk e-Learning Online hanya sebagian kecil siswa-siswi di tingkat sekolah menggunakan teknologinya sebagai alternatif untuk sekolah konvensional. Mengapa? Bagaimana mutu pendidikannya?

"Those who place their faith in technology to solve the problems of education should look more deeply into the needs of children. The renewal of education requires personal attention to students from good teachers and active parents, strongly supported by their communities. It requires commitment to developmentally appropriate education and attention to the full range of children's real low-tech needs - physical, emotional, and social, as well as cognitive." Ref: Fool's Gold


Internet adalah alat bantu dan sumber informasi (yang sangat terbatas tanpa bahasa Inggris). Kebanyakan siswa-siswi di luar negeri (seperti di sini) hanya menggunakan Internet untuk mencari informasi umum, e-mail, chatting, dan hiburan.

Ada kemungkinan besar bahwa siswa-siswi juga akan mengakses situs-situs kekerasan, situs-situs yang berbasis kebencian, atau pornografi. Masalah utama adalah mereka dapat membuang waktu yang lebih baik digunakan untuk mengulangkan pembelajaran atau tugas PR dari sekolah.

Semua sekolah di Indonesia memang perlu paling sedikit satu (1) laboratorium komputer untuk mengajar TI (TIK) karena TI sudah masuk ke dalam semua bidang kejuruan maupun profesional.

Jangan sampai Indonesia lebih ketinggalan lagi karena sibuk dengan janji-janji yang belum terbukti (E-Learning oleh Internet) Ingat Buku Sekolah Online (BSE). Pendidikan yang bermutu, seperti di luar negeri, dicapaikan oleh sekolah dan pendidik yang bermutu, bukan oleh teknologi.

Bapak Presiden Indonesia Yth.

Dari berita-berita yang baru muncul pada bulan ini (Agustus 2008) kelihatannya Bapak President sudah mulai lebih memperhatikan isu-isu pendidikan. Kami sangat senang membaca "Presiden: Jangan Ada Lagi Gedung Sekolah Rusak". Tetapi isu-isu meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya soal anggaran dan visi, kita harus menjamin bahwa mutu SDM di DepDikNas adalah mampu dan bebas dari paradigma yang lama, yang jelas tidak berhasil.

Kami di Pendidikan Network tidak dapat mengerti sebabnya DepDikNas sampai sekarang belum berpengalami reformasi. Polar pikir, kebiasaan dan paradigma kelihatannya belum dirubah sejak tahun 1998 (paling mutasi saja). Sebaiknya reformasi DepDikNas di laksanakan sebelum anggaran baru dialokasikan atau resikonya kita tidak dapat merealisasikan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan. Jelas isu utama adalah korupsi.

Reformasi Birokrasi, 'The Irreformable'?

"Belajar dari pengalaman beberapa negara, reformasi administrasi bukanlah sesuatu yang 'irreformable'. Memang membutuhkan komitmen politik yang kuat-–bahkan sangat kuat--yang sering kali tidak saja menimbulkan resistensi dari lawan politik tetapi juga kawan politik."

Danger! Danger!

"Jarum jam menunjuk pukul 14.00 WIB. Sebanyak 38 murid kelas dua SD Pasundan 3, Jl Babakan Ciparay, Kota Bandung, berada di dalam kelas. Sedang asyik belajar, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Sejurus kemudian, gubrak!. Atap ruang kelas ambruk. Ruangan berantakan dan dipenuhi jeritan menyayat." (Republika Online, Maret/28/08)

Jelas banyak anak-anak kita maupun guru di dalam keadaan berbahaya kalau masuk sekolah. Kapan kita akan serious terhadap semua aspek-aspek pendidikan? Membaca berita "KEADAAN SEKOLAH".

Pertanyaan dari Lapangan (Saudara Debur)
RE: "Saran: dunia pendidikan di negri ini hampir carut marut. Guru disalahkan, kurikulum disalahkan yang bener mana?. Kalau guru kwalitasnya rendah berarti PT ynag mencetak guru buruk (dosennya)."

Bukankah semua sektor ini hanya sebagai daun di atas pohon pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar