Minggu, 28 Juni 2009

dunia kerja

Bersaing di Dunia Kerja

Minggu, 14 Juni 2009 - 11:00 wib
text TEXT SIZE :
Share
Menyiapkan tenaga terampil dan siap kerja bukan hal mudah. Sekolah menengah kejuruan (SMK) berambisi menjawab tantangan tersebut. Namun untuk mencapainya, SMK harus menggandeng swasta untuk meningkatkan kualitasnya.

Ketersediaan antara lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja tidak seimbang. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan mencoba menjembatani keduanya. Dengan berbagai jurusan yang tersedia, diyakini SMK mampu memberi kontribusi dalam menyiapkan lulusan siap kerja.

Hal ini bukan angan belaka. Terbukti lulusan SMK lebih siap kerja. Data 2007 yang dikeluarkan Depdiknas memperlihatkan bahwa sekitar 42% lulusan SMK telah mendapatkan pekerjaan. Sebanyak 15% melanjutkan pendidikan sambil bekerja dan 12% yang melanjutkan pendidikan tanpa disambi kerja. Persentase yang bekerja ini tentu lebih besar jika dibandingkan dengan lulusan sekolah menengah umum (SMU).

Pada 2007 hanya sekitar 32% saja yang bekerja dan 17% yang bekerja sambil kuliah, sedangkan lulusan SMU melanjutkan pendidikan sekitar 31%. Hal ini memperlihatkan bahwa kompetensi SMK dalam memasuki dunia kerja lebih bagus jika dibandingkan dengan lulusan SMU.

Kenyataan tersebut tampaknya membuat SMK semakin menjadi favorit tujuan pendidikan setelah SMP. Animo siswa memilih SMK pun semakin besar. Berbeda dengan yang terjadi pada dekade sebelumnya, saat SMK sering mendapatkan penilaian negatif. Ada yang menganggapnya sebagai sekolah dengan biaya mahal atau lulusan SMK tidak memiliki peluang ke perguruan tinggi.

Kini masyarakat sudah menganggapnya berbeda. Terbukti rasio siswa yang memilih melanjutkan pendidikan ke SMK setelah menempuh pendidikan menengah pertama terus meningkat. Saat ini rasio siswa SMK dan SMU seluruh Indonesia hampir sama, yaitu 46:54.

Sebagaimana diakui oleh Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno. Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat untuk memasuki SMK meningkat secara signifikan. Dia menyampaikan pada tahun ajaran 2005?2006 rasio SMK-SMA hanya 30:70.

Fenomena tersebut muncul karena persepsi dan harapan masyarakat pada SMK cukup baik. "Kami selalu menyampaikan apa dan bagaimana SMK sebenarnya. Kami juga berharap, dengan lebih mengerti tentang SMK,masyarakat bisa menjadikan SMK sebagai lembaga favorit melanjutkan pendidikan," ujar Joko.

Pemerintah melalui Depdiknas juga memberikan perhatian lebih pada SMK. Iklan yang ditayangkan Depdiknas di berbagai media massa tentang SMK, c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar